Kami
akhirnya bertemu. Suaranya
masih sama. Renyah dan ceria. Begitu juga senyumnya. Lebar, hingga
memperlihatkan barisan gigi yang rapi. Meskipun dua tahun aku tidak melihat
tarikan bibir itu, otakku masih merekam semuanya dengan baik. Padahal, aku sudah bertekad melupakannya,
dengan bantuan Ratih.
Sial!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar